Zona Magazine - Ada kisah tentang kecurigaan istri ke suarninya yang ditugaskan
jauh darinya selama beberapa tahun. Begini , ceritanya. Seorang pria yang
sedang ditugaskan di daerah selama beberapa tahun mengirim surat kepada
istrinya. la meminta istrinya mengirim harmonika dan beberapa buku lagu.
Katanya, ia ingin belajar bermain harmonika untuk mengusir kerinduan kepada sang istri tercinta. Si
istri menuruti permintaan tersebut. Setahun
kemudian, si suami pulang dan langsung mengajak bermesraan. "Oke,"
jawab istrinya, "tapi mainkan dulu beberapa lagu dengan harmonikamu," kata sang istri yang ingin tahu, apakah benar sang suami belajar memainkan
harmonika untuk mengusir rasa rindunya.
Tak Selalu Buruk
Suami yang hidup
jauh dari istri kerap diragukan "kesetiaannya". Soal nya, secara
stereotipe, pria dianggap memiliki dorongan seks yang besar sehingga
kemampuannya menahan hasrat amat diragukan. Tapi, jika Anda adalah salah satu
dari sekian banyak istri yang terpaksa hidup terpisah dari suami tercinta dalam
hitungan bulan atau tahun, boleh sedikit lega membaca hasil penelitian dari
Peter Nelson, penulis buku Marry Like a Man.
Penelitian
kualitatif yang dilakukan Nelson beberapa waktu lalu menyimpulkan, pria yang
tidak berhubungan seks dengan pasangannya dalam waktu relatif lama, cenderung
memiliki pandangan tentang cinta yang lebih baik daripada pria yang rutin
berhubungan seks. Walaupun para pria awalnya
mengalami tahap "menderita", akhirnya mereka biasanya bisa menjadi
lebih "bijak", demikian menurut Nelson. Lalu, bagaimana ceritanya
sehingga "penderitaan" para suami tersebut justru bisa membuat mereka
lebih mencintai pasangannya?
Tahapan Pertama Paling Rawan
Menurut Nelson
lagi, para suami yang terpaksa menjalani masa "puasa" dalam waktu
beberapa bulan sampai beberapatahun biasanya mengalami tiga tahapan, yaitu
tahap melemah, tahap menyentuh dasar, dan tahap penyembuhan. Lama berlangsungnya
setiap tahap bisa berbeda dari satu pria dengan pria lain. Tahapan pertama
tentu saja terjadi selama masa-masa awal "perpisahan" dengan pasangannya.
Pada masa ini,
pria biasanya mengalami perasaan kesepian yang mendalam, yang kadang membuat
frustrasi. Kerinduan kepada pasangannya dan juga aktivitas seks justru paling
tinggi pada masa ini. Menurut Nelson, inilah tahapan rawan penyelewengan.
Artinya, jika pria yang tidak
"tahan", besar kemungkinan memulai perselingkuhannya pada tahapan ini.
Tahapan Kedua Timbul Kesadaran
Sedalam-dalamnya
orang tenggelam, ia satu saat pasti akan mencapai dasar. itulah sebabnya, Nelson
menyebut tahapan kedua ini sebagai touching the bottom. Pada fase ini, rasa
sepi dan rindu pada pasangan atau "aktivitas bersama" yang biasa dilakukan
mencapai puncak¬nya dan tak mungkin naik lebih tinggi lagi. Tahap ini merupakan
titik balik emosi negatif yang dialami pria selama berada pada tahap pertama
dan tahap awal untuk memasuki tahapan ketiga.
Pada tahapan kedua,
si suami mulai dapat menyesuaikan dan mengatur emosinya. Mereka bisa menemukan
kegiatan yang rnenyenangkan untuk dilakukan, dan dapat menghadapi kesepian yang
mereka rasakan. Mereka juga menjadi lebih peka dan pada saat ini mulailah timbul pikiran-pikiran positif tentang istrinya, hubungan
pernikahan, cinta, seks, dan sebagainya. Kesendirian memberinya waktu berpikir
dan menata kembali konsep-konsep lama yang ia miliki. Jika ini terjadi, menurut
Nelson, ia siap memasuki tahapan ketiga.
Tahapan Ketiga Pencerahan
Setelah mencapai
dasar dan mengalami beberapa perubahan awal dalam pola pikirnya, sampailah
suami kesepian tadi pada tahap terakhir, yaitu pencerahan. Menurut Nelson, pada
tahap ini, pria yang jauh dari pasangannya mulai melihat cinta dari sisi yang
lebih kaya. Seperti petani yang merindukan datangnya hujan saat kemarau
panjang, pria yang puasa akan memandang pasangannya serta hubungan intim
sebagai sesuatu yang berharga. Pandangannya terhadap makna perkawinan,
kesetiaan, pengorbanan, bahkan tentang hidup biasanya mengalami definisi ulang.
Pencapaian visi
baru inilah yang disebut Nelson sebagai pencerahan, pria menjadi lebih bijak
dalam memandang hidup dan perkawinannya secara keseluruhan, itulah sebabnya,
Nelson menyimpulkan dalam bukunya bahwa pria yang sempat berpisah selama
beberapa waktu dengan pasangannya
memiliki kebijakan yang tak dimiliki pria lain yang tak pernah mengalami itu.
Ketika akhirnya
mereka berkumpul kembali, pandangan baru tersebut membantu pria untuk lebih
memahami pasangannya dan dengan demikian keharmonisan rumah tangga juga
terjaga.
0 komentar:
Posting Komentar