Zona Magazine - Tak ada
deretan mobil memenuhi lahan parkir di lantai tujuh pusat perbelanjaan Kuningan
City, Jakarta, pada Sabtu (12/3). Sebagai gantinya, tampak kerumunan orang.
Mereka
menyemut di salah satu panggung Music Gallery, acara musik yang digagas
mahasiswa Universitas Indonesia. Sebagian antaranya memakai kaus bergambar grup
band idola.
Seperti
tahun lalu, Music Gallery menampilkan musisi lokal dan mancanegara di dua
panggung berbeda. Selain di lahan parkir, juga ada panggung Fluorescent di
Ballroom Kuningan City.
Para musisi
dan grup band beken yang memeriahkan Music Gallery tahun ini, antara lain
Panama dan Last Dinosaurs dari Australia, juga Silampukau dan Maliq &
D'Essentials dari Indonesia.
Panggung
Bising Underground
Intimate
Stage yang menempati lahan parkir di lantai tujuh Kuningan City menjadi saksi
bisu lantunan musik keras yang disajikan Music Gallery sepanjang malam Minggu
kemarin (12/3).
Para
penonton yang rata-rata berpakaian serba hitam saling berdesakan di depan
panggung kala menyimak aksi Kelompok Penerbang Roket, Kaveman, Dried Cassava
dan lain-lain.
Panggung ini
seolah menjadi tempat bagi para penonton untuk menumpahkan luapan emosi. Mereka
berteriak dan berlompatan sembari kor mengikuti lantunan lagu sang idola.
Keputusan
panitia Music Gallery menamakan lahan parkir itu sebagai Intimate Stage cukup
beralasan. Memang terlihat keintiman para musisi di atas panggung dengan para
penonton.
Bahkan bibir
panggung Intimate Stage nyaris tak berjarak dengan para penonton. Sehingga para
musisi bisa dengan mudah melakukan tos—menepuk telapak tangan para penggemanya.
Panggung
Megah Fluorescent
Berbeda
dengan Intimate Stage, Fluorescent Stage dipenuhi lampu sorot berwarna-warni.
Ruangannya pun dilengkapi alat pendingin udara, yang membuat para penonton
merasa lebih nyaman.
Panggung
Fluorescent dikhususkan bagi musisi dan grup band pop atau musik
"antibising" lain, seperti Maliq & D'Essentials, Low Pink, Odds,
dan dua penampil utama: Last Dinosaurs serta Panama.
Para
pengunjung Fluorescent Stage tampak lebih kalem dan santai. Mereka menikmati
lantunan musik "lembut" tanpa kehebohan, cukup menggoyang tubuh dan
mengangkat tangan ke atas.
Sedikitnya
seribu orang memadati Ballroom. Apalagi ketika penampil utama naik ke atas
panggung, hampir tak ada ruang kosong, hingga pengunjung yang mau keluar
ruangan itu pun kesulitan.
Meski
begitu, ide menghadirkan dua panggung berbeda dalam satu perhelatan musik
memang seru. Memaksa penonton berlarian ke sana kemari mengejar jadwal manggung
artis idolanya.
0 komentar:
Posting Komentar